Selasa, 23 Juli 2013

#cerpen dadakan 1

-Dia Tak Suka Cinta Gila-

Pernahkah kalian merasakan hancur? Hancur sekali. Jika hati ini tampak oleh mata, mungkin bentuknya sudah tak jelas. Hancur lebur. Bagaimana tak hancur lebur? Ini kali ketiga aku ditipunya. Ya, benar! Dia menipuku, aku mau saja ditipu olehnya, dan sekarang sudah tiga kali aku tertipu.

Kupikirkan kembali, tapi tak dapat kucapai, aku tak bisa berpikir. Hatiku luluh lantah melihat apa yang kulihat tadi siang itu. Sepasang mata ini tak mungkin berdusta. Aku pun tak mau mencubiti pipiku seperti anak ABG yang sedang memastikan bahwa yang dialaminya itu tak salah. Usiaku sudah 28 tahun. Sudah delapan tahun kuhabiskan waktu dengannya. Sejak saat itu, walaupun aku sudah ditipu tiga kali, perasaanku tak berubah. Cinta. Mungkin hampir gila. Atau ini yang dikatakan cinta gila? Aku tergila-gila padanya yang sudah tiga kali menipuku. Sudah berulang kali kukatakan, aku ditipu dan aku tak bisa atau tak mau sadar.

Apakah kali ini aku sadar? Melihatnya bergandengan tangan dengan seorang perempuan yang begitu cantik. Ya, dia cantik bahkan lebih cantik dariku yang seorang model majalah ternama di kota ini. Aku tidak hanya melihatnya bergandengan tangan, kuikuti mereka dan mereka masuk ke salah satu toko perhiasan. Perempuan cantik itu dengan entengnya memilih sebuah cincin. Seperti cincin kawin. Aku tak salah itu seperti cincin kawin. Kawin? Bagaimana bisa dia ingin menikahi perempuan lain? Padahal sebulan yang lalu dia menangis-nangis di depanku karena ingin menikahiku. Ya, dia berjanji menikahiku setelah dua kali menyelingkuhiku dengan dua perempuan berbeda. Saat itu aku percaya, mungkin dia sudah insaf tak mau berselingkuh lagi dan mengakhiri pencarian cintanya bersamaku yang sudah delapan tahun dipacarinya.

Setelah memilih cincin, mereka pindah ke sebuah toko jasa pembuatan undangan. Hatiku semakin berkecamuk tapi entah kenapa aku tak bisa menghampirinya untuk sekadar menampar wajahnya atau memberikan senyuman yang menyakitkan. Aku tak bisa. Aku hanya mengekori mereka dan aku berakhir dengan sakit. Sakit sekali. Hancur. Aku hancur.

Padahal sebulan yang lalu setelah dia menangis meminta aku mau menikah dengannya, aku bahagia sekali. Aku memberi kabar kepada orang tuaku bahwa dia akan datang bersama keluarganya untuk melamarku. Lalu, hari-hari kami sangat membahagiakan. Ini itu kupersiapkan dan dia tampak serius. Lalu kini, apa maksudnya??

treeeng triiiing trooonggg...

Ponselku berbunyi, ada pesan masuk darinya, pria penipu. Di pesan itu tertulis, "sayang, coba buka emailmu. aku baru saja mengirim undangan."

Apa maksudnya? Dia mengirim undangan. Undangan siapa? Hatiku semakin hancur dan jari-jemariku tak kuasa untuk membalas pesan darinya. Aku beranjak, menyalakan komputer jinjingku dan mengawasi detik demi detik internet tersambung. Tersambung dan kucek emailku.

Jelas sekali, bagai disambar petir, air mengalir deras di pipiku, dan rasanya ingin mati seketika. Undangan berwarna ungu tua campur silver dengan jelas terpampang. Namanya bukan namaku. Nama yang tak kukenal. "Prayudha & Anyelir"  Anyelir? Itukah nama perempuan tadi siang? Nama yang cantik secantik orang yang tadi siang bergandengan dengannya.

treeeng triiing trooong...
Ponselku berbunyi dan kali ini panggilan masuk dari nomor yang tak kukenal.

"Assalamualaikum", kataku sedikit berbisik
"Walaikumsalam, maafkan aku, Melati. Aku tak bisa menepati janji untuk menikahimu karena kau terlalu lemah sebagai perempuan. Kau terlalu tergila-gila padaku. Bahkan setelah tiga kali kuselingkuhi dan kau selalu memaafkanku. Aku tau kau melihatku dan aku sadar kau terlalu lemah. Aku tak butuh perempuan pengalah dan lemah. Aku butuh perempuan yang kuat dan berani berkata benar ketika aku salah. Maafkan aku, aku tak bisa hidup bersamamu. Sekiranya berkenan, hadirlah dipernikahanku minggu depan. Assalamualaikum", kata Prayudha dengan tegas bahkan aku tak pernah mendengar dia setegas itu dan langsung mengakhiri pembicaraan yang bahkan aku tak bisa berkata apapun untuk menjawabnya.

Aku terdiam, ponsel terjatuh begitu saja, dan aku pun terkulai lemas. Ternyata aku benar-benar lemah dan aku hancur karena kelemahanku. Ternyata dia tak butuh perempuan dengan cinta gila.

.....
   

RUMAH

Rumah yang mana?Apakah rumah di kala menghabiskan masa kecil dan remajamu? Apakah rumah yang dibangun pangeran untukmu?

Rumah, di mana pun itu, menurut siapa pun mungkin, adalah sebuah tempat kembali yang begitu aman, nyaman, dan tenang. Rumah tempat kembali. Tempat pulang yang penuh kenangan masa kecil dan tempat merenda kebahagiaan bersama pangeran tercinta.

Rumah yang mana?
Rumah masa kecil dan masa remaja bisa dipastikan tak akan lekang oleh zaman. Selalu teringat kisah-kisah bersama. Menyimpan sejuta gejolak. Ketika rindu memuncak, pulanglah. Pulang ke rumah, mengulang kenangan-kenangan itu. Rumah masa kecil begitu indah.

Rumah yang satunya?
Perempuan mana yang tak senang memiliki istana baru. Istana baru tempat merajut cita bahagia bersama pangeran dan putra-putri kecil. Rumah yang katanya 'istana' menyimpan kenangan ketika mahligai rumah tangga dirajut. Rumah ini pun begitu nyaman sehingga perempuan-perempuan harusnya menjaganya sebaik mungkin. Rumah inilah nantinya akan menjadi tempat kembali putra-putri yang sudah beranjak dewasa ketika mereka rindu akan pulang. Seperti, rumah masa kecil dan remaja yang begitu indah.

Rumah yang mana? Rumah tempat kembali paling nyaman dan aman.